Walau judul posting di
blog erisukolies ini temanya keren, tapi saya tidak akan coba menelaahnya dengan ilmu ah... Tapi hanya berdasarkan pendapat dan beberapa sumber bacaan.
Sebagai seorang yang berkecimpung dibidang bahasa tentunya bercita-cita kalau anaknya bisa multibahasa sejak dini. Tapi sebetulnya pabila dibesarkan di Indonesia yang beragam suku etnis dan bahasa tentunya, mereka atau kita sejak lahir terbiasa dengan minimal 2 bahasa..betulkann...
Contohnya saya,bahasa pertama (first language) itu bahasa Sunda, kemudian bahasa kedua diajarkan di sekolah yaitu bahasa Indonesia, selanjutnya bahasa ketiga yaitu bahasa Inggris, and sampai sekarang bahasa yang sampai saat ini saya otak-atik..:D Bahasa Jepang.
Sebetulnya saya punya obsesi agar shafa bisa multibahasa sejak dini, tetapi bagaimana caranya supaya senatural mungkin
akuisisi bahasa keduanya agar tidak menjadi rancu. Saya masih beranggapan bahwa, lebih baik anak dimantapkan dahulu bahasa pertamanya, agar pemahaman atau
akuisisi bahasa kedua bisa sempurna setelah mereka mantap dalam berbahasa pertama.Lalu saat kapan kira-kira yah anak diperkenalkan bahasa kedua? sampai saat ini belum juga tuhh...hahaha
Ada suatu metode yang sebetulnya saya rasakan efektif untuk membuat anak menjadi multibahasa, yaitu teknik OPOL (
one parent one language). Jadii misalnya si Ayah berbicara teruss kepada anaknya dengan bahasa Indonesia dan si Ibu misalnya berbicara teruss pada anaknya dengan bahasa Inggris.
Dan sebetulnya, bahasa dominan anak nanti akhirnya akan muncul karena sekali lagi pengaruh lingkungan. Apakah peran si orangtua menyita keseharian misal 2/3 anak, maka sekiranya OPOL akan menjadi efektif, tapi tentunya seiring anak menjadi besar, tentunya lingkungan sekolah akan berpengaruh sangat besar pada bahasa dominan Anak. (*Menantikan akuisisi shafa untuk berbahasa jawa...:D padahal sebetulnya inginnya sihh bahasa keduanya bahasa Jepang..hehehe...)