Wah, ga terasa ramadhan sudha tiba, dan karena baru aja minggu kemarin pulang kampung ke bandung-garut jadinya pengen nulis sesuatu tentang kota-kota itu. Minggu kemarin sempet kita main ke Gasibu Bandung di hari minggu, dan melihat
Museum Geologi juga. Ya, museum yang sebenarnya terlewati setiap hari ketika masih kuliah dari Kost di simpang dago menuju Jatinangor, namun jarang dilirik.
Museum geologi merupakan museum yang menyediakan berbagai macam informasi mengenai aspek kebumian satu-satunya yang ada di Indonesia,dan mungkin yang terlengkap di kawasan Asia Tenggara. Sejarah museum geologi bandung berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan pertambangan di Indonesia yang telah dimulai sejak abad ke 17. untuk mewadahi penyelidikan tersebut, pemerintah belanda membentuk suatu badan yang bernama "
Diens van het Mijnwezen" pada tahun 1850. Tahun 1922, lembaga ini berubah menjadi "
Diens van het Mijnbouw". Dalam perkembangannya, lembaga tersebut memerlukan tempat menyimpan hasil analisis dan penyelidikan. Maka, dibangunlah gedung untuk lembaga tersebut yang terletak di Rembradnt Straat (sekarang Jalan Diponegoro bandung).
Pada pertengahan tahun 1928, gedung lembaga ini mulai dibangun, kemudian diresmikan pada anggal 16 mei 1929. bangunan ini dirancang dengan gaya Art Deco oleh Ir.Menalda van Schouvbug, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Bertepatan dengan pembukaan kongres-IV ilmu Pengetahuan Pasifik yang di selenggarakan di Institut Teknologi Bandung. Pembangunan gedung ini menelan biaya sekitar 400 Gulden dengan 300 orang pekerja. Gedung ini pun di fungsikan sebagai perkantoran yang dilengkapi dengan sarana laboratorium geologi dan museum untuk menyimpan dan memperagakan hasil penelitian geologi dan kebumian. Gedung ini pun di beri nama "
Geologisch Laboratorium" kemudian lebih dikenal dengan "
Geologisch Museum"
Berbagai koleksi yang berhasil disusun oleh para ahli geologi semakin berkembang, baik berupa fosil maupun batuan, melalui kegiatan survei maupun sumbangan dari tukar menukar dengan pihak luar negeri. Puncaknya pada tahun 1934-1935 para ahli berhasil mendapatkan rekonstruksi fosil vertebrata seperti Stegodon Trigonocephalus, Rhinoceros Sondaicus, Bubacus Palaeokerabau, dan Hipopotamus Sivalensis, yang kemudian melengkapi koleksi Museum Geologi Bandung.
Museum Geologi pun tidak lepas dari sejarah perkembangan dunia, saat perang dunia ke-2 sekitar tahun 1941, perkembangan museum terkena dampak langsung. Gedung tersebut dijadikan markas Angkatan Udara oleh Belanda. akibatnya berbagai koleksi dipindahkan ke Gedung Pensioen Fonds (Gedung Dwiwarna) dan tak sedikit koleksi yang rusak maupun hilang.
Pada masa pendudukan jepang 1942, Museum Geologi difungsikan kenbali dengan nama "
Kogyo Zimusho" kemudian berganti menjadi "
Chisitsu Chosasho". Sayangnya pengelolaan museum kurang mendapat perhatian, bahkan terkesan diabaikan. Keadaan seperti ini terus berlangsung selama perang kemerdekaan. Usai kemerdekaan Republik Indonesia, Museum Geologi mulai bergeliat. Tepatnya pada 22 Februari 1952, saat museum geologi dikelola Djawatan Pertambangan Republik Indonesia, penataan dimulai kembali. Namun penataan secara meyeluruh baru dilakukan pada tahun 1998, melalui kerjasama pemerintah RI dengan Jepang. Museum geologi pun sempat ditutup hingga tahun 2000 dan pembukaan secara resmi Museum Geologi seperti sekarng dilakukan pada Agustus 2000 oleh Wakil Presiden saat itu Megawati Soekarnoputri.
Lokasi : Jalan Diponegoro no.57, Cihaurgeulis, Kec.Coblong, Kota Bandung
Pengelola : Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral
Fasilitas :Ruang peraga, ruang geologi, ruang sejarah kehidupan, ruang geologi dan kehidupan manusia, ruang edukasi dan auditorium, ruang dokumentasi
Jam Buka :
Senin-kamis pukul 9.00 - 15.30
Sabtu-minggu pukul 9.00 - 13.30
Jumat dan Hari Libur Nasional - Tutup
Sekian sejarah perkembangan
Museum Geologi Bandung, semoga berguna..